Pernikahan
atau nikah adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara
norma agama, norma hukum, dan norma social. Menurut para tokoh : Pernikahan
adalah suatu hubungan yang sakral atau suci serta pernikahan memiliki banyak
keuntungan dibandingkan hidup sendiri. Pasangan yang sudah menikah dapat
menjalani hidup sehat, dapat hidup lebih lama, memiliki hubungan seksual yang
memuaskan, memiliki banyak aset dalam ekonomi, dan umumnya memiliki teman untuk
membesarkan anak bersama-sama (Olson & DeFrain, 2010). Tujuan pernikahan
adalah kebahagiaan dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi,
pernikahan yang hanya sekedar untuk pemuasan libido seksual, kontrak kerja,
tekanan, bukanlah termasuk konsep pernikahan yang diakui oleh Undang-Undang. Secara
umum, pernikahan merupakan bentuk komitmen tertinggi untuk melakukan relasi
kerjasama abadi antara laki – laki dan perempuan, yang dilandasi atas dasar
keikhlasan, kepasrahan / kepercayaan, menerima dan memberi (take and give),
serta kesatuan tujuan. Manusia yang takut dengan pernikahan hanyalah ketakutan
akan komitmen dan tanggung jawab. Pernikahan bukan hanya sekedar institusi yang
bisa melepaskan libido seksual manusia semata, namun di dalamnya juga terdapat
relasi social yang dibangun bersama komitmen yang terucap (aqad). Sehingga
menuntut individu berubah menjadi peran barunya (suami / istri). Seperti yang
dikatakan oleh Horby (1957) Marriage is the union of two persons as husband dan
wife.
Pernikahan
yang dianggap sah menurut hukum Indonesia dicantumkan
dalam Undang-Undang No.
1 pasal 7 tahun 1974 yang menyebutkan bahwa perkawinan atau pernikahan hanya
diijinkan jika calon mempelai pria telah berusia 19 tahun dan mempelai wanita
telah berusia 16 tahun. Dengan alasan pada usia tersebut individu dianggap
telah dapat membuat keputusan sendiri dan telah dewasa dalam berpikir dan
bertindak (Walgito, 1984). Menurut Hurlock (1990) usia tersebut diatas yaitu
19-40 tahun merupakan rentang usia dewasa muda. Sejalan dengan hal tersebut,
Erickson sebagaimana dikutip oleh Monks, Knoers & Haditono (2001) seseorang
yang digolongkan dalam usia dewasa muda berada dalam tahap hubungan hangat,
dekat dan komunikatif dengan melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk
keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari
orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain). Berbagai
masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa muda. Dewasa muda
adalah masa peralihan dari ketergantungan ke masa mandiri, baik dari segi
ekonomi, kebebasan menentukan keputusan diri sendiri, dan pandangan tentang
masa depan sudah lebih realistis.
Pada
tahap tersebut, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan intim seperti
persahabatan dan hubungan kerja serta hubungan cinta seksual (Hall & Lindzey,
1985). Menurut Erikson sebagaimana dikutip oleh Papalia, Olds, & Feldman
(2004) tugas utama pada tahap perkembangan dewasa muda adalah menyelesaikan
krisis intimacy versus isolation. Intimacy dapat dicapai dengan menjalin
hubungan interpersonal yang intim dan membuat komitmen dengan orang lain. Jika
hal ini tidak terpenuhi maka seseorang akan mengalami perasaan terisolasi. Dua
sumber utama intimacy pada dewasa muda adalah dari teman dan pasangan. Namun
bagi kebanyakan orang, memiliki hubungan yang intim dengan pasangan merupakan
tujuan yang lebih penting dalam masa kehidupan dewasanya (Berger &
Thompson, 1998).
Berikut
kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita, sebut saja
namanya cantik, umurnya 25 tahun, sudah menikah selama 5tahun, mempunyai 1
(satu) anak dan masih kuliah, yang mengungkapkan bahwa masa penyesuaian yang
dilakukan pada awal pernikahan tidak sulit. “Tidak susah, karena saya dengan
suami sudah temenan dari kecil jadi sudah tahu. Paling penyesuaiannya saya
harus membiasakan bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk suami. Awal pernikahan
mulai keluar tuh kebiasaan-kebiasaan buruknya misalnya suami jarang merapikan
tempat tidur kalau bangun tidur, itu terkadang membuat saya kesal. Tapi sejauh
ini saya dengan suami dapat menyelesaikan masalah mulai dari yang kecil sampai
yang besar. Kunci utamanya komunikasi walaupun sibuk harus tetap komunikasi.
Permasalahan dalam rumah tangga tentu hanya
bisa dipahami oleh pasangan suami istri itu sendiri yang menjalani pernikahan.
Berat ringan nya konflik yang bisa terjadi dalam rumah tangga bergantung pada
orang-orang yang memang terlibat dalam permasalahan tersebut. Konflik muncul
karena individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan masalah yang timbul pada
dirinya. Dari konflik tersebut pasangan mencoba belajar menyesuaikan diri dengan
pasangannya agar konflik tidak terulang. Konflik dapat terjadi kapan saja sepanjang
kehidupan pernikahan berjalan. Masa awal pernikahan antara 1-5 tahun merupakan
masa krisis yang menentukan keberhasilan pernikahan. Hal tersebut dikarenakan
pengalaman bersama belum banyak (Clinebell & Clinebell, 2005). Penyesuaian
pada usia awal pernikahan ini, tidak hanya pada pasangan suami istri tetapi
juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan keluarga besar pasangan
(Duvall, 1977). Oleh karena itu, tahun-tahun pertama pernikahan pada umumnya
dirasakan sulit karena individu diharapkan dapat saling mengerti satu sama
lain. Selain itu, pernikahan merupakan hal baru bagi individu dimana penuh
dengan keinginan dan harapan dari pasangan yang berkaitan dengan rumah tangga
yang akan dijalani bersama. Biasanya pasangan baru sering mengalami ketegangan
emosional, konflik dan perpecahan karena keduanya sedang dalam proses
penyesuaian.
Cara
pernikahan agar harmonis :
1. Keseimbangan antara pekerjaan dan
keluarga
Bagi pria maupun wanita, workaholic dapat
merusak kebahagiaan berkeluarga. Seimbangkan waktu antara pekerjaan dengan
kehidupan pribadi. Luangkan waktu dan pikiran untuk keluarga, dan jangan
membawa pulang permasalahan di tempat kerja ke rumah. Ini adalah salah satu
bentuk time management untuk Anda, di mana Anda harus meninggalkan semua
pikiran tentang pekerjaan ketika sudah tiba di rumah, Usahakan pulang tepat
waktu. Menghabiskan waktu di kantor hingga larut malam adalah kebiasaan yang
mengganggu keseimbangan antara kehidupan berkeluarga dengan pekerjaan.
2. Tidak melupakan hubungan dengan pasangan
walaupun sibuk dengan anak
Biasanya setelah ada anak, hubungan suami
istri tidak seperti sebelumnya, karena si ibu sibuk mengurus anak. Padahal,
hubungan yang baik antara suami istri mempengaruhi suasana keluarga di mana
anak-anak tumbuh dan belajar. Bukan itu saja, biasanya si ibu sudah lupa
mengurus diri sendiri karena anak selalu nomor satu. Ambillah waktu di
sela-sela kesibukan untuk memanjakan diri sendiri, karena penting untuk
kebahagiaan seorang wanita. Wanita yang selalu tampil segar dan enerjik membawa
suasana kehangatan keluarga.
3. Sepakat dengan prinsip parenting yang
sama
Banyak pasangan yang tidak memiliki kesamaan
pada prinsip mengasuh anak. Misalnya, dalam hal melatih kedisipilinan anak,
agama, sekolah, dll. Kompromikan dari hati ke hati bersama pasangan, sehingga
tidak ada perdebatan yang dirasakan oleh anak. Bila ayah dan ibu memiliki
pandangan yang berbeda, anak akan bingung mengikuti yang mana.
4. Segera menyudahi perselisihan
Setiap kehidupan pernikahan tentu ada
perselisihan dan hal itu sangatlah wajar. Jangan perbesar perselisihan dan
segera carilah solusinya bersama. Sudahi semuanya sebelum hari berganti, yaitu
sebelum tidur malam. Lalu, jangan ungkit lagi perselisihan di esok harinya,
atau ketika terjadi pertengkaran berikutnya. Jangalah bertengkar di depan
anak-anak. Dengan menunggu hingga anak-anak tidur dan bersekolah, emosi
masing-masing pihak sudah lebih mereda dan dapat menyelesaikan pertengkaran
dengan kepala dingin.
5. Hubungan seks
Pernikahan tanpa seks bukan berarti selalu
berakhir dengan perceraian, tetapi seks adalah bumbu pernikahan. Bila hubungan
Anda dan pasangan sudah lama tenggelam seiring dengan berjalannya waktu,
bangkitkan kembali gairah seks Anda. Dijamin, pernikahan terasa seperti baru
kembali.
6. Saling bicara santai minimal 10 menit
setiap hari
Walaupun salah satu dari Anda sedang dinas
ke luar kota dan menginap beberapa hari, sempatkan saling bicara minimal 10
menit setiap hari. Di rumahpun, selalu sempatkan bercengkrama dalam kondisi
santai. Misalnya sambil menonton TV, sebelum tidur, ketika makan malam, dll.
Semakin banyak waktu yang digunakan, semakin baik untuk menambah kebahagiaan
pernikahan. Sesibuk apapun Anda, atau selelah apapun Anda, selalu sempatkan
untuk bercengkrama.
7. Samakan prinsip dalam mengelola keuangan
Statistik menunjukkan sekitar 50% pasangan
menikah berdebat tentang keuangan. Bahkan, tidak sedikit perceraian yang
disebabkan oleh perbedaan prinsip dalam keuangan. Bila salah satu dari Anda
adalah tipe hemat dan pasangan adalah tipe boros, tentu keuangan akan menjadi
masalah dalam pernikahan. Samakanlah prinsip dalam penggunaan uang keluarga,
sehingga keuangan tidak akan menjadi masalah besar yang mengurangi kebahagiaan
pernikahan.
8. Saling mengalah
Anda tidak perlu selalu benar dan
membuktikan pasangan salah dalam setiap perdebatan. Sikap keras kepala dan mau
menang sendiri mengurangi kesempatan saling memahami satu sama lain. Pernikahan
adalah suatu proses pembelajaran yang panjang. Bila salah satu sedang emosi
tinggi, mengalahlah terlebih dahulu agar suasana mereda.
9. Ciptakan suasana yang tepat
Buatlah suasana yang kondusif, penuh kasih,
serta tenang ketika mengatasi konflik. Saling menghormati satu sama lain dan
selalu pikirkan masa depan pernikahan dan anak-anak. Suasana yang nyaman di
keluarga adalah penghilang stres yang baik ketika Anda atau pasangan baru
pulang kerja dan merasa lelah.
10. Saling menerima apa adanya
Ini salah satu resep penting dalam kehidupan
berkeluarga. Tidak ada manusia yang sempurna, tetapi pasangan diciptakan untuk
saling melengkapi. Saling menerima apa adanya, saling memaafkan, serta saling
melengkapi, adalah resep jitu sebuah pernikahan.
11. Tidak selingkuh
Tahukah Anda, 1 dari 3 laki-laki selingkuh?
Sebaik apapun hubungan antara suami dan istri, bila salah satu selingkuh,
siapapun sakit hati dan dapat berakibat ke perceraian. Jauhkan segala
kemungkinan terjadinya perselingkuhan, yang salah satunya adalah workaholic!
Hal ini tidak hanya berlaku untuk pria, tetapi juga untuk wanita.
12. Rekreasi keluarga
Sempatkan
untuk berekreasi, walaupun bukan ke tempat yang jauh dan mahal. Atau,
sekali-sekali rencanakan makan malam bersama di tempat yang romantis, untuk
membangkitkan kembali api asmara yang memudar.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan
http://secara-umum.blogspot.com/2013/05/pengertian-perkawinan-dan-dasar-serta.html
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/11/14/pernikahan-keluarga-dan-cinta-508095.html
http://id.theasianparent.com/12-cara-agar-pernikahan-langgeng-dan-bahagia/
http://secara-umum.blogspot.com/2013/05/pengertian-perkawinan-dan-dasar-serta.html
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/11/14/pernikahan-keluarga-dan-cinta-508095.html
http://id.theasianparent.com/12-cara-agar-pernikahan-langgeng-dan-bahagia/
Komentar
Posting Komentar