Langsung ke konten utama

TUGAS TERAPI PSIKOANALISA

Nama : Bambang Juliyato
Kelas : 3Pa06
Npm  : 1512361
1. TERAPI PSIKOANALISA

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain ; Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis, mengatasi pola perilaku yang terganggu. meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif, dll. Ada banyak metode psikoterapi yang bisa diterapkan, salah satunya yang akan dibahas adalah Terapi Psychoanalysis.

Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalisis dari Sigmund Freud. Sigmund Freud adalah orang yang menemukan pendekatan psikoanalisis yang memberikan pandangan baru kepada psikologi. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Teori psikoanalisis adalah kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia, tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar, perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa, dan menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan, serta pendekatan psikoanasis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi.

2. Proses Terapinya
Tujuan terapi psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapi difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.

Karakteristik psikoanalisis adalah terapis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi ditafsirkan dan dianalisis. 
Terapis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional. Terapis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien. Sementara yang dilakukan oleh klien sebagian besar adalah berbicara yang dilakukan oleh terapis adalah mendengarkan dan berusaha nuntuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tak disadari. Terapis mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien., mengartikan mimpi-mimpi dan asosiasi bebas yang dilaporkan oleh klien dan mengamati klien secara cermat selama pertemuan terapi berlangsung. Pengorganisasian proses terapeutik dalam konteks pemahaman terhadap susunan kepribadian itu memungkinkan terapis bisa merumuskan sifat sesungguhnya dari masalah-masalah klien.
Fungsi utama terapis adalah mengajarkan arti proses-proses ini kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah. Dengan demikian memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.
Hubungan klien dengan terapis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang menjadi inti pendekatan psikoanalisis. Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada terapis “urusan yang tak selesai” yang terdapat dalam hubungan klien di masa lampau dengan oranng yang berpengaruh. Proses pemberian treatment mencakup rekonstruksi klien dan menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampaunya.

Konsep Utama
1. Id (das es, dorongan nafsu) adalah komponen biologis.
Merupakan prinsip kepuasan yaitu bersumber kebutuhan-kebutuhan yang dalam mencapai usaha memuaskan kebutuhan itu akan bertindak secara tidak realistis, agresif dan primitif. Misalnya bayi kalau lapar, haus atau sakit hanya bias menangis karena belum dapat mencari dan belum dapat berusaha sendiri dia masih berhak dilayani kebutuhannya sedangkan pada anak dewasa harus mencari dan usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Ego (das ich, prinsip realita) adalah komponen psikologis.
Merupakan prinsip realitas yang mengatur hubungan manusia dengan kenyataan. Ego menjadi penengah yang memutuskan suatu tindakan sadar berdasarkan dorongan id dengan kenyataan yang ada di luar dirinya dan berpedoman kepada super ego. Jadi ego bertindak sebagai pengatur yaitu menyesuaikan pemuasan kebutuhan-kebutuhan dengan kenyataan sekelilingnya.

3. Super ego (das uber ich, hati nurani, moral) adalah komponen sosial.
Merupakan prinsip moral yang mengatur berdasarkan pedoman moral yang ada dan berlaku di tempat itu. Pedoman moral ini berdasarkan kepada kebudayaan adat, hukum dan perkembangan zaman. Super ego mula-mula dating dari orang tua setelah dewasa dari masyarakat dan kebudayaan yang mengambil alih kedudukan orang tuanya dirumah.

Contoh nteraksi antara id, ego dan super ego :
Id : mendesak ego supaya cepat-cepat mengambil makanan itu karena dorongan rasa laparnya.
Super ego : mengingatkan dan melarang karena makanan itu bukan miliknya, mengambil barang yang bukan miliknya adalah tidak baik atau berdosa
Ego : mulai mengatur diri. Kedudukannya menjadi sulit, ego didesak id (nafsu) untuk segera memuaskan kebutuhannya (makan makanan itu) dengan cara apapun, sedangkan super ego melarangnya untuk bertindak karena atas dasar moralnya.

3.   teknik-teknik terapi
a. Hipnotis
Awal kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an, ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal. Pada abad ke-19, Jean-Martin Charcot, seorang dokter Prancis yang hidup sekitar tahun 1825-1893 itu melihat hipnotis sebagai cara untuk membantu orang-orang supaya menjadi santai. Pada tahun yang tidak diketahui, di Paris, Charcot melakukan eksperimen dengan menggunakan hipnotis untuk menangani hysteria, yaitu suatu kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan atau mati rasa yang tidak dapat dijelaskan oleh pelbagai macam penyebab fisik.
Pada saat demonstrasi eksperimen Charcot itu, terdapat seorang dokter muda asal Wina, yang diketahui belakangan bernama Sigmund Freud. Freud berpikir waktu itu dan menyimpulkan bahwa apapun faktor psikologis yang menyebabkan histeria, faktor-faktor itu pasti terletak di luar area kesadaran. Dan pada saat itulah, Freud belajar dan menggunakan hipnotis untuk melihat alam tak sadar manusia. Hanya beberapa tahun Freud akrab dengan hipnotis, dia meninggalkannya karena dirasa hipnotis tidak efektif seperti metode-metode lainnya, dan sejak kesadaran akan hal tersebut, Freud benar-benar tidak menggunakannya lagi. Walau demikian, jejak rekamnya tentu saja sulit dilupakan orang. Sebagai seorang psikolog yang pernah menggunakan metode hipnotis, orang akan sangat sulit melupakannya bahwa Freud pernah menggunakan hipnotis pada awal kepraktikannya sebagai seorang psikiatri, walau Freud sendiri sudah tidak pernah lagi menggunakannya.
Hipnotis? Adalah suatu prosedur yang menyebabkan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau tingkah laku berubah karena disugesti. Huffman, dkk. (1997) seperti ditulis Semiun (h. 555) mengidentifikasi individu yang dihipnotis, bahwa dia yang dihipnotis itu (1) perhatiannya dipersempit dan terfokus, (2) menjadikannya sangat mudah menggunakan imajinasi dan pelbagai halusinasi, (3) sikap individu itu menjadi pasif dan reseptif, (4) tanggapan terhadap rasa sakit berkurang, dan (5) sangat mudah sekali disugesti, dengan kata lain, kesediannya untuk mengadakan respon terhadap perubahan-perubahan persepsi meningkat.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), kita akan temukan bahwa hipnotis itu suatu perbuatan yang membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis, yaitu keadaan seperti tidur karena sugesti, yang dalam taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Dalam terapi psikoanalitik, hipnotis digunakan oleh Freud pada tahap awal kepraktikannya bersama seorang neurolog Prancis kenamaan Jean Charcot dan dokter asal Wina Josef Breuer saat menangani pasien yang mengidap histeria.

b. Asosiasi Bebas
Free Association, buku karangan Bollas (2002) yang kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia oleh Winarno (2003) menjadi Asosiasi Bebas merupakan acuan utama dalam menjabarkan hal ihwal asosiasi bebasnya Freud. Dalam buku setebal seratus halaman tersebut, asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
Dan dalam sebuah kesempatan, salah satu pasien Freud, seperti dikutip Wade & Tavris (2008: 383) menyebut metode free association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Dijelaskan kemudian, bahwa asosiasi bebas merupakan proses mengatakan apapun yang terlintas dalam pikiran secara bebas, berkaitan dengan mimpi, fantasi, atau konflik tanpa memberikan komentar apapun. Sedangkan Goble (1991: 137), menjelaskan asosiasi bebas sebagai suatu teknik di mana pasien, dalam keadaan rileks, biasanya berbaring di atas dipan, berbicara tentang apa saja yang melintas dalam pikirannya, tanpa terlalu banyak dipotong.
Senada dengan ketiga tokoh di atas, Nevid, dkk. (2009: 104) menerjemahkan asosiasi bebas sebagai suatu metode [terapi psikoanalitik] untuk melakukan verbalisasi pikiran-pikiran yang muncul pada saat itu tanpa usaha yang sadar untuk mengedit atau menyensornya.
Dari pelbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa, asosiasi bebas atau free association adalah suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas di benaknya, termasuk mimpi-mimpi, pelbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor.
Asosiasi bebas, sebagai suatu metode terapi, tentu saja memiliki tujuan. Salah satunya, adalah apa yang disebutkan oleh Goble (1991: 137) sebagai berikut, “Teori yang mendasarinya [asosiasi bebas] ialah bahwa lewat diskusi yang kelihatannya tanpa tujuan ini, dilengkapi dengan analisis terhadap mimpi-mimpi pasien, maka pasien itu akan menjadi insaf tentang kejadian-kejadian di masa lalunya yang telah menyebabkan atau tengah menjadi sebab bagi kesulitannya [sekarang].”
Sebagai contoh, sebagaimana dikutip dari Goble (1991: 138), adalah “seorang mahasiswi suatu kolose meminta nasihat mengenai suatu masalah. Sejam kemudian, sesudah puas [d]ia berbicara, sementara selama itu sang terapisnya sendiri tidak mengatakan sepatah kata pun, [d]ia telah memecahkan masalahnya secara memuaskan dan berterima kasih sedalam-dalamnya kepada sang terapis atas jasa-jasa keahliannya.”
Dengan demikian, asosiasi bebas menunjukkan kesanggupannya untuk dapat dikatakan sebagai suatu metode terapi. Bahkan Maslow pernah mewawancarai 34 orang yang baru menjalani pelbagai terapi (salah satunya yang paling dominan adalah asosiasi bebas) dalam suatu tahun terakhir. “Dua puluh empat di antaranya melaporkan bahwa mereka sangat puas dengan bantuan yang telah mereka terima dan bahwa bantuan tersebut sungguh-sungguh menolong mereka.” Maslow sendiri, rupa-rupanya, walau tidak termasuk ke dalam neofreudian, telah mempraktikan asosiasi bebas dalam praktiknya sebagai psikolog.

c. Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
Sebagai contoh, Tedi bermimpi terbang menaiki Garuda Indonesia. “Terbang” adalah muatan yang tampak atau muatan manifes dari mimpi. Freud percaya bahwa “terbang” merupakan simbol dari ereksi, jadi mungkin muatan laten dari mimpi merefleksikan isi bawah sadar yang berkaitan dengan ketakutan akan impotensi.
Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai suatu bentuk asosiasi bebas, tapi dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu bentuk kegiatan mental yang sangat terorganisasi sehingga patut diperhatikan secara khusus. Bukunya yang terbit tahun 1900, yaitu The Interpretation of Dream menjadi bukti konkret akan bentuk perhatian khusus itu.

d. Transferensi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.
Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: tatkala kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.

e. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, pelbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Karena penafsiran merupakan masalah yang begitu kritis, analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan pelbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap pelbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Inilah alasannya mengapa psikoanalis harus menjalani analisis diri pribadi.

Sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/27/terapi-psikoanalitik-328149.html
Gerald Corey. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Siti Sundari. 1981. Ilmu Kesehatan Mental. Yogyakarta : Swadaya.
http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-psikoterapi-%2C6
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/psikoanalisis-mainmenu-57

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku ! ( Puisi yang Terlupakan )

Di saat matahari kembali bersinar selepas gerimis...... Aku...... Aku buakanlah Aku yang elegan seperti Aku Khairil Anwar Aku adalah puisi pertama yang dapat tergubah Puisi yang tercipta karena dalamnya cinta Puisi yang ada karena sakitnya luka Puisi yang timbul karena perihnya kecewa Aku hanyalah jeritan lelah Aku hanyalah teriakan hampa putus asa Dari si pungguk, yang berangan mencakar langit Aku adalah setetes embun yang akan mencair menjelang siang Aku adalah buih kecil yang akan lenyap ditelan ombak Aku adalah jejak samar yang akan hilang ditiup angin Dan Aku adalah secuil memori suram yang akan terlupa sebelum sempat kau ingat.... Sumber : http://zhiandryos.blogspot.com/2010/12/aku-puisi-yang-terlupakan.html

Kumpulan Kata Kata Bijak Terbaru 2012

Tak perlu terlalu lama menangisi yang telah pergi, karena mungkin nanti kamu akan bersyukur telah meninggalkan yang kamu tangisi saat ini. Berusahalah untuk tidak menghitung kesulitan, karena jika kamu terlalu sering menghitungnya, kemudahan akan terlihat biasa saja. Jangan terlalu memaksakan diri untuk melakukan segalanya dengan benar, karena kadang kesalahan membuatmu pribadi yang lebih baik. Doaku hari ini: Tuhan, terima kasih masih memberiku kesempatan untuk menikmati indahnya pagi. Berikan aku kebijaksanaan menjalani hari ini. Cinta butuh waktu untuk tumbuh dan berkembang. Maka bersabarlah, jangan memaksa. Sabar akan membuat cintamu dewasa. -@menghunjam Cinta dan kesetiaan teruji ketika jarak dan waktu memisahkan. Dan hanya kepercayaanlah yang mampu mempertahankannya. Rencana Tuhan selalu berakhir dengan kebaikan. Dan jika yang kamu dapatkan belum baik, maka itu bukanlah akhir. Dengan selalu berupaya menjadi orang baik dan melakukan yang terbaik, maka kebaikan akan selulu b

PEMBAGIAN WILAYAH MENURUT IKLIM

Klasifikasi Iklim – Pada bagian awal telah kita bicarakan bahwa iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca tahunan yang meliputi wilayah relatif luas. Untuk mengetahui tipe iklim suatu tempat, diperlukan rata-rata data cuaca tahunan seperti suhu, kelembapan udara, pola angin, dan curah hujan minimal 10–30 tahun. Selain data cuaca, indikasi lain yang dapat dijadikan salah satu penentu tipe iklim adalah vegetasi alam (tetumbuhan) yang mendominasi suatu daerah, misalnya hutan tropis, hutan gugur daun, atau vegetasi konifer (hutan berdaun jarum). Banyak para ahli ilmu cuaca dan iklim yang mencoba membuat klasifikasi iklim dengan berbagai dasar dan keperluan. Tiga orang di antara para ahli tersebut adalah Wladimir Koppen , Schmidt-Ferguson , dan Junghuhn . 1. Iklim Matahari Sistem penggolongan iklim Matahari didasarkan atas gerakan semu tahunan Matahari antara lintang 23½°LU–23½°LS. Daerahdaerah yang terletak di antara garis lintang tersebut menerima intensitas penyinaran Matahari ya